Jumat, 27 Februari 2009

Sebuah Pertanyaan.....

Harusnya Aku bangga menjadi seorang perempuan. Perempuan itu mahluk yang indah, halus, lembut. Tapi sayang, perempuan itu lemah. Aku juga terkadang beranya-tanya. Kenapa aku harus dilahirkan sebagai seorang perempuan, yang hidup dengan penuh keterbatasan. Terlebih lagi ketika posisi perempuan itu di dalam keluarga. Rasanya tidaklah adil kalau tugas perempuan masih saja sama, sehebat apapun penyetaraan gender, akhirnya kemali ke hakikat semula, 3M (macak, masak, manak). Perempuan tidak diperkenankan mengambil keputusan dalam keluarga, karena itu adalah tugas seorang suami. Perempuan tidak boleh terlalu intens bekerja, berkarier, karena sudah tanggung jawab suami memberi nafkah pada keluarga. Apakah itu adil? Perempuan juga manusia merdeka yang punya hak. Hak untuk mengambil keputusan dan menentukan sikap. hak untuk meniti karier. Agama memang menyebutkan aturan-aturan dalam berumahtangga terutama posisi suami dan istri. Justru inilah yang membuat posisi pria menjadi sangat kuat dalam keluarga, bahkan terkesan otoriter. Belajar dari pengalaman, banyak perempuan-perempuan cerdas, kraetif , berbakat dan berpotensi justru tenggelam ketika mereka berkeluarga. Mungkin hanya 1 perempuan diantara 1000 perempuan di dunia ini yang mempunyai kesempatan istimewa untuk mengembangkan diri secara total tetapi tetap berperan besar dalam keluarga. Tentunya itu juga perlu adanya kerjasama dari suami-istri, saling menghormati, saligmendukung dan tanpa sikap egois ataupun arogansi.. Mungkin akhirnya pemikiran naif yang muncul ketika hal itu tidak dapat terwujud, "kenapa harus sekolah tinggi-tinggi jika toh akhirnya hanya menjadi BEGINI-BEGINI SAJA....?"

Jumat, 20 Februari 2009

AKU SANG MERAH... (SEBUAH PUISI)

akulah sang merah
bermacam persepsi orang tentang aku
tapi aku tetap merah
meskipun kadang
karena setitik tinta
aku berubah menjadi pink
bisa juga menjadi marun
tapi aku...
tetap sang merah
tiba-tiba aku jatuh cinta
pada sang biru
yang begitu lembut..
dan sejuk...
sang biru yang begitu teduh
yangbisa mendinginkanku
saat aku mulai membara
tapi kini
saat sang merah dan sang biru sepakat untuk melebur
dan menciptakan warna baru, ungu
biruku tiba-tiba berubah
jangankan dengan setitik tinta,
dengan sebutir debu saja
dia berubah menjadi perusi
bahkan juga menjadi donker
sang merah tidak suka donker
karena ungu yang tercipta menjadi tidak indah...
tidak cantik...
akulah sang merah
apa yang harus aku lakukan
untuk menjaga biruku...tetap biru...

DIALEKTIKA dalam Memandang Suatu Masalah

Pemimpin harus dapat berfikir secara lateral. Memandang segala sesuatunya dari banyak sisi, bukan hanyadari satu sisi saja. pola pikir seperti itu yang harusnya dapat diterapkan bukan hanya di dunia kerja, tetapi juga dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan. Menurut dialektika Hegel, bisa juga dikatakan bahwa masalah adalah suatu tesis, pemecahan masalah adalah antitesisnya, sedangkan sintesisnya adalah hikmah yang dapat diambil dari setiap masalah tersebut. sekecil apapun masalah, pasti ada hikmah yang dapat diambil. jika manusia berani menghadapi masalah dalam hidupnya, dan bisa mengambil hikmah dari masalah tersebut, maka dia telah berhasil melewati satu tahap dalam proses pendewasaan, Masalah-pemecahan-dan hikmah adalah suatu kesatuan, suatu bentuk dialektika. Tidak bisa kita memandang suatu masalah secara sepotong-sepotong. Karena tidak akan ada habisnya masalh tersebut jika diatasi denga cara seperti itu.Kesalahan aka semakin terlihat menojol pada salah satu pihak tertentu saja. Sedangkan dalam pemecahan masalah, bukanlah mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. tetapi mencari akar masalah---> mencari pemecahannya ----> dan mengambil hikmahnya.